SEJARAH ISLAM PADA MASA PRA ISLAM
DAN MASA KLASIK
Mata kuliah: Sejarah Perkembangan Islam (SPI)
Dosen Pembimbing:
Agus salim M.A
Disusun Oleh:
Umam Khoiri
Sahuri
Aminullah
Suryadi
Andre
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
“AL-QOLAM” GONDANGLEGI MALANG
BAB I
PEMBAHASAN
A. MASA PRA ISLAM
Masa Jahilliyah adalah masa sebelum datangnya islam,
tepatnya di daerah Jazirah Arab. Masa Jahilliyah juga dapat dikatakan masa
sebelum Nabi Muhammad SAW lahir.Istilah itu digunakan al-Qur’an untuk
menunjukkan keadaan atau perilaku tertentu.
Istilah
Jahilliyah diberikan kepada bangsa Arab yang pola kehidupannya bersifat
primitif.Mereka pada umumnya hidup berkabilah-kabilah dan nomaden
(berpindah-pindah).Bangsa jahiliyah tidak mengenal baca tulis atau bisa disebut
ummi.Itulah yang menyebabkan mereka hidup dalam kebodohan dan kegelapan.
Al-Qur’an menunjukkan zaman itu adalah sebagai berikut : zaman tidak mempunyai
nabi dan kitab suci; tidak mempunyai peradaban; masyarkatnya tidak berakhlak,
angkuh; masyarakatnya jahil dan tidak bisa baca tulis.[ Itu
semua mengakibatkan mereka hidup dalam kesesatan, tidak menemukan nilai-nilai
kemanusiaan, menyembah berhala, membunuh anak dengan dalih kemuliaan dan
kesucian, memusnahkan harta kekayaan dengan berjudi, dan membangkitkan
peperangan diantara mereka dengan alasan harga diri dan kepahlawanan. Kondisi
seperti itulah yang disebut dengan jahiliyah.
Dengan
demikian, tidak berarti mereka tidak mempunyai potensi peradaban.Mereka
sebenarnya berada dalam kondisi fitrah, dalam arti tidak terkontaminasi oleh
kebudayaan dan peradaban yang memerosokkan kemanusiaan yang terjadi di Persia
dan Romawi.Mereka tidak memiliki kemewahan peradaban Persia, yang memungkinkan
mereka kreatif dan pandai menciptakan kemerosotan-kemerosotan.Mereka tidak
memilki kekuatan militer Romawi yang mendorong mereka melakukan ekspansi ke
negeri-negeri tetangga.Mereka tidak memiliki kemegahan filosofis Yunani, yang
menjerat mereka menjadi bangsa mitos dan khurafat.Mereka terkenal dengan
kedermawanan, suka menolong, rasa harga diri dan kesucian
Yang paling fenomenal dari bangsa Arab
jahiliyah adalah tradisi kesusastraan yang begitu tinggi.Itu berupa syair, yang
setiap tahun yang berpusat di Suq al-ukaz.Syair-syair terbaik diabadikan
dengan dituliskan tinta emas yang digantung di dinding Ka’bah yang dinamakan almu’
allaqat.
Syair
mempunyai peran yang sangat dominan dalam kehidupan bangsa Arab jahiliyah.
Fungsi syair sama halnya dengan fungsi pers. Seseorang bisa jatuh dalam
kehinaan karena sebait syair dan begitu juga sebaliknya.
B. Masa Klasik
Masa
klasik dalam periodisasi islam yaitu masa dimana ketika nabi Muhammad SAW
diutus menjadi Rasul. Ada juga yang mengatakan bahwa masa klasik yaitu masa
dimana hijrahnya Rasul Allah ke Madinah.
Nabi
Muhammad diutus dengan al-Qur’an sebagai penyangga utamanya.Oleh karena
masyarakat jahiliyah sangat menyukai dengan kesusastraan.Maka, al-Qur’an
diturunkan dengan bahasa sastra yang lazim dipakai masyarakatnya. Itu semua
didasarkan yaitu :
- untuk menyesuaikan diri dengan tradisi masyarakatnya (agar komunikatif)
- untuk menantang dan mengungguli syair-syair jahiliyah.
Dalam
menyampaikan risalah Tuhan, nabi Muhammad SAW menemui gangguan dan rintangan
yang keras.Rintangan itu dapat berupa ancaman pembunuhan dari masyarakat kafir
Quraisy.Oleh karena beratnya penderitaan yang ditanggung kaum muslimin, Nabi
Muhammad SAW memerintahkan sahabatnya mencari suaka ke Ethiopia. Pemimpin
negeri Ethiopia Raja Negus menolak ekstradisi para imigran islam yang dituntut
oleh kaum Quraisy.
Demikian keadaan Nabi Muhammad SAW selama
berdakwah di Mekkah, sampai kemudian ia melakukan perjanjian dengan beberapa
orang utusan dari masyarkat kota Yastrib, yang tidak berapa lama kemudian
mengantarkannya berhijrah ke Madinah. Di tempat baru ini, beliau membangun masyarakat dan
meneruskan dakwahnya.Ia menyebut pernduduk asli dengan Anshor, sedangkan
penduduk yang bermigrasi disebut Muhajirin.
Selama
10 tahun Rasul Allah SAW tinggal di Madinah hingga akhirnya ia dan kaum muslimin
berhasil mendapatkan kesempatan menaklukan kota Mekkah dan membebaskan Ka’bah
dari berbagai berhala.
Setelah
wafatnya Rasul, kepemimpinan diambil alih oleh para khalifah.Mulai dari
khalifah Abu Bakar hingga Ali, yang disebut sebagai masa al-Khualafa’
al-Rashidun. Berikut ini adalah urutan khalifah yang memimpin setelah Rasul
wafat, yaitu :
a.
Abu Bakar al-Shidiq (w. 634M/11 H)
Kebijakan
pertama yang ia lakukan adalah memerangi orang-orang yang murtad dan golongan
orang yang menolak membayar zakat. Ia juga melanjutkan kebijakan Rasul SAW
dengan mengirim pasukan pemimpin Usamah bin Zayd ke Syria, yang sebelumnya
sampai tertunda karena sakit keras yang menderanya, menjelang kewafatannya. Ia
juga berhasil mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushaf yang berserakan
pada pelepah kurma, batu tipis, tulang dan lembaran kain atau kulit
binatang.
b. Umar bin Khattab (w. 644 M/23 H)
Pada
masa pemerintahannya ia melakukan ekspansi ke negeri Persia, Iraq, Palestina,
Syria hingga Mesir. Hal ini ia lakukan demi membebaskan wilayah jajahan-jajahan
tersebut dari jajahan Romawi. Ia meninggal di usia 63 tahun akibat dibunuh oleh
Abu Lu’luah al-Majusi yang berasal dari Persia.
c. Usman bin Affan (w. 656 M/35 H)
Pada
masa pemerintahannya ia berhasil menyusun al-Quran dalam satu bentuk bacaan
yang sebelumnya memilki banyak versi. Ia juga berhasil memperluas wilayah islam
ke Turki, Siprus, Afrika Utara, Asia Tengah, Khurasan dan Balkh di Afganistan.
Pasukan tangguh dan kuat pertahanannya. Usman meninggal dunia dalam usia 82
tahun ketika membaca al-Qur’an, akibat ketidakpuasan rakyatnya atas kebijakan
politiknya yang cenderung nepotisme.
d. Ali bin Abi Thalib (w. 661 M/40 H)
Pada waktu pemerintahan Ali bin Abi Thalib, terjadi berbagai
kerusuhan dan kekacauan setelah terbunuhnya Usman. Rakyat menuntutnya untuk
segera menghukum pembunuh Usman. Itu sulit diwujudkan,karena kondisi negara
yang tidak stabil. Ia hanya menetapkan yaitu memerangi kelompok pembangkang
tersebut yang berujung pada terjadinya perang Jamal pimpinan Aisyah yang
didukung Zubair dan Talhah dan perang Siffin pimpinan Mu’awiyah. Dalam perang Siffin, Ali menerima
arbitrasi yang menyebabkan pasukannya terbelah menkadi dua. Satu menolak,
sedang yang lain menerimanya. Kelompok yang menolak inilah disebut Khawarij
yang bertanggung jawab atas terbunuhnya sang Khalifah.
